Cinta ternyata memiliki keresahan pribadi, bahkan muncul pertanyaan apakah rasa yang ada didalam hati itu bisa kadaluwarsa? Film “Cinta Brontosaurus” ini adalah sebuah adaptasi yang nyeleneh dengan menghadirkan rasa dan dimensi komedi yang berbeda serta lincah.
Film ini diangkat dan diadaptasi dari judul buku yang sama karya penulis Raditya Dika. Dika juga terlibat sebagai penulis skenario sekaligus pemeran utamanya. “Cinta Brontosaurus” diarahkan oleh sutradara Fajar Nugros, dengan deretan pemain pendukung seperti Eriska Rein, Soleh Solihun, Dewi Irawan, Meriam Bellina, dan Tyas Mirasih.
Mirip seperti karya Dika sebelumnya yang mencerminkan pengalaman pribadi Dika sendiri sebagai penulis, kali ini dalam mencari makna cinta dan apakah benar cinta itu kadaluarsa. Meski judulnya sama, ternyata film Cinta Brontosaurus justru lebih memfokuskan pada cerita bagaimana novelnya ditulis alias menjadi adaptasi yang nyeleneh.
"Saya selalu bikin sesuatu yang saya pengen lihat. Saya lihat film horor Indonesia kebanyakan menunjukkan dada paha, maka saya bikin film komedi romantis dengan skenario apik, yang bakal bikin saya pengen nonton. Saya bangga dan percaya ada orang yang seleranya sama, satu aja, akan nonton film ini," kata Dika, saat jumpa pers film Cinta Brontosaurus, di Planet Hollywood, Jakarta belum lama ini.
Ia mengaku memilih nama Brontosaurus karena lucu dan asik di telinga orang. Kemudian ia mengolah gaya komedi seperti yang dilakukannya pada serial komedi "Malam Minggu Mikko" dengan tempo yang cepat, memasukkan sidekick, dalam kemasan dan naskah yang lebih rapi untuk Cinta Brontosaurus.
"Cinta Brontosaurus” berbicara tentang cinta yang rumit sejalan bertambahnya usia, padahal saat kanak-kanak hanya mengenal cinta monyet. Justru kerumitan itu terjawab melalui tokoh Edgar adiknya Dika yang masih SD. Edgar nyeletuk lepas saat ditanya Dika tentang alasannya menyukai Jasmine, teman SD nya, ‘apakah perlu alasan saat hati memilih?’
"Kisah ini merupakan tentang keyakinan seorang laki-laki akan cintanya. Si tokoh mencari adakah cinta yang abadi itu, cinta yang tak kadaluwarsa. Cinta masa kecil yang sederhana itu, yang biasa disebut cinta monyet, berubah rumit seiring usia, begitu banyak hal kecil yang menjadi besar dalam cinta orang dewasa, seperti besarnya Brontosaurus, dan itu membuat dirinya ragu, adakah cinta sejati?” tanya Fajar.
Dika (Raditya Dika) adalah seorang penulis yang baru saja putus cinta dengan Nina (Pamela Bowie), pacarnya setelah sekian lama. Semenjak putus cinta ini, dia percaya bahwa cinta bisa kedaluwarsa.
Kosasih (Soleh Solihun), agen naskah Dika, mencoba untuk membuat Dika yakin terhadap cinta kembali, seperti Kosasih yakin dengan istrinyanya Wanda (Tyas Mirasih). Usaha ini, membawa Dika ke dalam serangkaian perkenalan absurd.
Namun, cinta bisa datang tanpa persiapan. Seperti saat Dika bertemu dengan Jessica (Eriska Rein), seorang perempuan yang jalan pikirannya sama anehnya dengan Dika. Semakin Dika kenal dengan Jessica, semakin dia bertanya: apa benar cinta bisa kedaluwarsa?
Di sisi yang lain, Mr. Soe Lim (Ronny P. Tjandra), menawarkan untuk memfilmkan buku Dika, yang berjudul Cinta Brontosaurus. Tertarik, Dika berusaha untuk menulis skrip film tersebut. Masalah mulai timbul ketika di tengah jalan, Mr. Soe Lim mencoba untuk mengubah naskah asli Dika menjadi film horror yang sedang laku.
Film ini adalah perjalanan Dika untuk memahami cinta, yang justru dia dapatkan dari pengalamannya bersama Jessica, teman, dan keluarganya sendiri.
Anda sedang membaca artikel tentang
"Cinta Brontosaurus" Wujud Cinta yang Tak Pernah Kadaluarsa
Dengan url
http://automotivecyberspaces.blogspot.com/2013/05/brontosaurus-wujud-cinta-yang-tak.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
"Cinta Brontosaurus" Wujud Cinta yang Tak Pernah Kadaluarsa
namun jangan lupa untuk meletakkan link
"Cinta Brontosaurus" Wujud Cinta yang Tak Pernah Kadaluarsa
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar