JAKARTA, KOMPAS.com - Tak ada pemandangan kumuh ataupun kotor di tempat penjualan pedagang kaki lima (PKL) di Jalan Damai, Indosiar, Jakarta Barat. para pedagang berjualan dengan kondisi etalase dan tempat duduk yang berbaris rapi di area pakir seluas 20 meter persegi tersebut.
Para pedagang ini sebelumnya berjualan di pinggir Jalan Damai. Di antara mereka, ada yang berjualan sejak 18 tahun lalu di lokasi tersebut. Banyaknya perkantoran membuat pedagang berbagai macam makanan dan minuman bisa memperoleh omzet yang besar.
Jahlani (42), pedagang gorengan di Taman PKL Indosiar, merasa sangat bersyukur karena telah mendapatkan tempat yang laik. Saat berjualan di pinggir jalan dulu, dia sering merasa was-was karena banyak pemuda dan preman yang mengganggu aktivitas berdagangnya. Ia juga cemas karena bisa saja petugas satuan polisi pamong praja datang dan membongkar tempat berjualan miliknya sewaktu-waktu.
"Sekarang jualannya sudah tenang, enggak takut satpol PP lagi," kata ayah dari tiga orang anak itu saat ditemui di Taman PKL Indosiar, Selasa (23/4/2013).
Menurut Jahlani, pendapatannya di tempat yang baru memang tergolong menurun dibanding omzet saat berjualan di pinggir jalan. Dulu ia bisa mengantongi pendapatan Rp 700.000 setiap hari, kini ia hanya mengatongi Rp 500.000 saban hari.
Taman PKL Indosiar ini baru saja ditempati pada Februari 2013. Dengan hanya membayar uang listrik dan air sebesar Rp 60.000 setiap bulan, PKL bisa berdagang dengan tenang.
Endang (54), penjual ayam kalasan di lokasi tersebut, juga sangat bersyukur bisa menempati Taman PKL. Sebelumnya, dia harus menyewa lahan dari penjual lain untuk bisa berjualan di lokasi tersebut. Harga yang diberikannya pun sangat mahal, yaitu Rp 400.000 per bulan. Itupun belum termasuk air dan listrik.
"Dulu harus sewa lahan sama yang nempatin sebelumnya. Itu harganya sudah mahal. Belum lagi beli air ledeng, sebulan bisa Rp 100.000," kata Endang.
Endang menyarankan kepada PKL lain untuk mau direlokasi seperti dirinya. Dengan berjualan di tempat yang telah disediakan, pedagang bisa tenang menjalankan usahanya.
Endang menuturkan, jika berjualan di pinggir jalan, pendapatannya memang tergolong besar. Setiap hari dia bisa meraup omzet Rp 1 juta-Rp 1,5 juta. Setelah berdagang di lokasi baru, pendapatannya menjadi Rp 900.000-Rp 1 juta saja. "Walau pendapatan menurun, tapi tetap stabil. Saya masih bisa bersyukur," ujarnya.
Endang mengungkapkan, untuk bisa berjualan di lokasi tersebut, pedagang harus memberikan kartu keluarga atau KK. Ini dilakukan karena berjualan di lokasi tersebut tidak disertai kontrak. Karena lokasi penjualan itu tidak boleh disewakan atau dijual kepada penjual lain, KK tersebut berguna untuk memonitor siapa yang berdagang di tempat itu. Penjual haruslah pemilik atau keturunan yang tertera di KK tersebut.
Endang mengatakan, selain diberi sarana seperti etalase maupun kursi untuk pengunjung, pedagang juga akan diberikan pinjaman uang sebesar Rp 2,5 juta. Pinjaman tersebut bisa dicairkan sekitar bulan Juni mendatang. Pinjaman koperasi itu dapat digunakan untuk membangun usaha pedagang tersebut.
Taman PKL Indosiar ini merupakan taman percontohan untuk relokasi PKL. Taman tersebut telah diresmikan oleh lima menteri kabinet Indonesia Bersatu II dan dihadiri oleh Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo pada 28 Februari 2013. Kelima menteri yang hadir saat itu adalah Menteri Perdagangan Gita Wirjawan, Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi, Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi, serta Menteri Koperasi dan UKM Syarief Hasan dan Menakertrans Muhaimin Iskandar.
Anda sedang membaca artikel tentang
Nyamannya Berjualan di Tempat Relokasi PKL
Dengan url
http://automotivecyberspaces.blogspot.com/2013/04/nyamannya-berjualan-di-tempat-relokasi.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Nyamannya Berjualan di Tempat Relokasi PKL
namun jangan lupa untuk meletakkan link
Nyamannya Berjualan di Tempat Relokasi PKL
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar