Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts Today

Pelantun "Jempol Dikenyot" Itu Memutuskan Kembali Berkarier di Indonesia

Written By Luthfie fadhillah on Sabtu, 21 Desember 2013 | 21.50


Jakarta - Lama tak terdengar kabarnya di Tanah Air, mantan penyanyi cilik Nana Chaerul baru-baru ini memutuskan untuk melanjutkan kariernya di Indonesia. Pelantun lagu anak-anak "Jempol Dikenyot" itu beberapa tahun lalu memilih mewarnai pentas musik di beberapa negara Eropa.


"Saya memang sudah lama tidak bernyanyi di Indonesia karena selama ini berkiprah di Belanda. Selama di sana saya mencoba menyanyikan lagu-lagu daerah dan bersyukur diterima di sana, jadi jarang di-blow up. Mengapa saya kembali ke Indonesia? Karena rasa kangen pada tanah kelahiran saya. Makanya saya memutuskan kembali," ujar Nana saat pembuatan klip video terbarunya berjudul "Sanggup Berpisah" di Apartemen Sudirman Park, Jakarta, Jumat (19/12).


Lebih lanjut, juara Indonesian Facebook Singer 2012 itu menjelaskan rasa kangen yang membawanya kembali ke Indonesia. Rasa kangennya terutama kepada teman-teman seangkatannya, seperti Bondan Prakoso, Dhea Ananda, Leony, Oki Lukman, dan sederet mantan penyanyi cilik lainnya.


"Ada rasa kangen sama teman-teman seangkatan. Mereka kini sudah jadi penyanyi profesional di sini. Kebetulan mereka semua diterima oleh industri musik di sini, maka saya akhirnya memutuskan untuk kembali dan mencoba peruntungan di sini, sama seperti mereka. Meski sudah punya label di Belgia dan Jerman, tetapi saya tinggalkan itu semua demi kecintaan terhadap tanah kelahiran saya," lanjut Nana.


Diakui Nana, saking rindunya berkarier di Indonesia, ia mengaku sempat sulit tidur. "Aku sangat ingin berkarier di sini, sampai-sampai sempat enggak bisa tidur. Tetapi sekarang alhamdulillah, dengan pembuatan video klip ini saya optimistis bisa diterima di sini. Meskipun, jujur, dalam pembuatan video klip ini saya masih sangat kaku berakting, tetapi enggak apa-apa ini adalah awalan untuk berkarya di sini. Semoga diterima oleh pasar di Indonesia," harap Nana.


21.50 | 0 komentar | Read More

Film Anak 1000 Balon Cetak Rekor Muri

Written By Luthfie fadhillah on Jumat, 20 Desember 2013 | 21.50


Jakarta - Biskuat mempersembahkan film anak yang berjudul 1.000 Balon. Film yang hanya memakan waktu produksi selama seminggu ini, mendapat penghargaan dari Muri (Museum Rekor-Dunia Indonesia) sebagai film anak pertama di Indonesia yang dibuat oleh anak dan untuk anak.


Proses untuk mendapatkan rekor Muri inipun tidak sebentar. Tim Biskuat mengadakan audisi di 7 kota besar, Jakarta, Bandung, Medan, Makassar, Palembang, Surabaya dan Semarang, untuk menemukan bakat terpendam dari anak berusia 7-13 tahun.


Akhirnya terpilih 50 anak, dari 7.000-an anak yang mendaftar, sebagai tim sutradara, juru kamera, penata artistik, penata kostum, penulis naskah, komposer musik, serta aktor/aktris.


Setelah itu mereka semua mengikuti Camp Semangat selama dua minggu, dimana satu minggu pertama mereka menjalani proses mentoring dan seminggu berikutnya baru pembuatan film.


"Kita ingin membawa anak-anak dengan minat yanbg berbeda duduk bersama dan membuat sebuah karya film," ungkap Yogesh Anand, Marketing Director Mondelez Indonesia (produsen Biskuat) pada pemutaran perdana 1000 Balon di Blitz Megaplex, Grand Indonesia, Jakarta, Jumat (20/12).


Yogesh juga menambahkan, bahwa setiap anak adalah istimewa. Oleh karena itu, sebagai orang dewasa wajib mendukung mereka sesuai dengan minat dan mimpi mereka.


"Dan semoga film ini bisa menginspirasi lebih banyak anak lagi," tandasnya.


Tentunya anak-anak ini tidak dibiarkan membuat film sendiri, mereka dibantu oleh mentor-mentor berpengalaman, diantaranya Ardi Anand (sutradara), Jujuk (aktor), Agung Dewantoro (juru kamera), Adrian Martadinata (penata musik), Trisia Mawarti (penata busana), Wencislaus (artistik) dan Ilya Sigma (penulis naskah).


Film 1000 Balon bisa dinikmati serempak di Blitz Megaplex Jakarta dan Bandung pada 25 Desember mendatang.


21.50 | 0 komentar | Read More

1.491 Karya Ikut Kompetisi Film Pendek 10 Detik

Written By Luthfie fadhillah on Kamis, 19 Desember 2013 | 21.50


Jakarta - Ajang "Wow 10 Seconds Movie Competition" yang diadakan PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk (Telkom) telah mencapai puncaknya. Secara total, ada 1.491 film yang mendaftar kompetisi ini sejak digelar pada 25 September hingga 10 Desember 2013. Angka tersebut kemudian dikerucutkan menjadi 25 finalis.


Direktur Innovation & Strategic Portfolio Telkom Indra Utoyo mengatakan, kompetisi ini menantang masyarakat untuk merekam momen atau mengekspresikan diri dalam bentuk video singkat yang kreatif dan positif.


"Ini baru pertama kalinya ada festival film yang hanya [berdurasi] 10 detik, dan respons masyarakat juga sangat baik. Sebelumnya kita telah melakukan roadshow dan workshop bersama sutradara Joko Anwar di empat kota besar di Indonesia yakni Bandung, Makassar, Yogyakarta, dan Surabaya," kata Indra Utoyo saat acara pengumuman pemenang dan penyerahan hadiah di Jakarta, Kamis (19/12).


Joko Anwar yang didaulat sebagai dewan juri bersama Raditya Dika mengatakan, ajang ini merupakan kesempatan yang baik bagi film maker pemula untuk mempromosikan diri mereka.


"Saya antusias untuk ikut serta karena di industri film yang kurang adalah regenerasinya. Jalur untuk masuk ke industri ini bagi para sutradara atau film maker memang sulit. Even ini tentunya sangat berguna agar orang yang punya bakat bisa lebih terlihat," ungkap Joko Anwar.


Ia menambahkan, kompetisi ini memang memberi tantangan yang besar. Karena dalam waktu hanya 10 detik, film yang ikut kompetisi harus mampu bercerita dengan baik.


"Karena ini bukan kompetisi film profesional, bobot penilaian terbesar memang ada pada ide cerita, setelah itu baru masalah teknis. Karena buat kami yang mahal itu adalah ide, sedangkan skill masih bisa dipelajari," ungkap sutradara Modus Anomali tersebut.


Berikut ini para pemenang "Wow 10 Seconds Movie Competition":


Best Movie 1: "Paper Love" (Aditya Utama dari Yogyakarta)
Best Movie 2: "Urgen" (Abdalah Gifar dari Bandung)
Best Story 1: "Gengsi" (Handoko Tjung dari Jakarta)
Best Story 2: "Don't" (Aji Budi Setiawan dari Surabaya)
Most Favorite: "Rest and Piece" (Adi Satria dari Bandung)


21.50 | 0 komentar | Read More

"Kamar" dalam Bidikan Lensa Sanja Jovanovic


Jakarta - Ada banyak cara yang bisa dilakukan sebagai wujud kepeduliaan pada kehidupan sosial dan kemanusiaan. Salah satunya ialah melalui aktivitas seni seperti yang dilakukan oleh Sanja Jovanovic. Sanja merupakan fotografer profesional dan juga istri dari Duta Besar Serbia untuk Indonesia dan ASEAN, Jovan Jovanovic.


Berangkat dari kepeduliannya terhadap kehidupan sosial dan kemanusiaan, ia menggelar pameran fotografi bertajuk "Kamar" di KOI Galeri Kemang, Jakarta. Pembukaan pameran dilaksanakan Rabu malam, 18 Desember 2013. Acara ini akan berlangsung sampai tanggal 7 Januari 2014 mendatang.


Karya "Kamar" disajikan dalam bentuk cetak frame dengan variasi ukuran mulai 24R. Seluruh hasil karyanya diabadikan dari bidikan lensa secara langsung di lapangan. Dalam karyanya, ia mengangkat kisah sisi lain kehidupan para pekerja yang datang dari berbagai penjuru pulau Jawa untuk mengadu nasib di Jakarta.


Saat ditanya seputar karya, Sanja mengaku itu semua merupakan kesaksiannya tentang dunia sekaligus ruang para pekerja serabutan. Terdiri dari serangkaian ruangan kecil yang terbentuk oleh konstruksi bagian dalam jembatan Kuningan, Jakarta.


"Mereka bekerja keras untuk menyambung hidup dan menafkahi keluarganya di rumah. Saya tertarik ketika melihat kehidupan yang tidak pernah saya saksikan sebelumnya setelah salah satu diantara mereka mempersilakan saya melihatnya. Mereka tidak menamai tempat tinggal itu sebagai rumah. "Ini adalah kamar," kata mereka saat saya jumpai," ujar Sanja saat ditemui Beritasatu.com di sela-sela pameran.


Menurut Sanja, kehidupan para buruh menarik karena adanya sebuah estetika dan disiplin dalam menjalani kehidupan sehari-hari yang sangat sederhana. Kamar bagi Sanja, merupakan potret jujur kemanusiaan.


"Saya kagum melihat aktivitas keseharian mereka. Sangat disiplin sekali meskipun dalam kehidupan sederhana. Mereka bekerja sebagai tukang bangunan dan berkebun tapi kehidupan seperti militer. Setiap pagi mereka bangun lalu pukul 6 mandi di bawah kamar. Mereka selalu sembahyang di sebuah mushola dekat tempat tinggalnya dan pergi melakukan aktivitasnya. Meski sangat sederhana sekali, mereka menjunjung tinggi nilai itu," ujarnya.


Karya fotografi yang termasuk dalam kategori "Human Interest" ini sebelumnya pernah dipublikasikan di National Geographic Serbia pada Desember 2013 dan juga memenangkan satu ajang fotografi potrait di FotoDC di Washington D.C, Amerika Serikat. Hasil dana yang diperoleh dari pemeran ini nantinya akan digunakan untuk kegiatan sosial kemanusiaan.


Tentang Sanja Jovanovic
Sanja Jovanovic ialah seorang fotografer profesional dan juga istri dari Duta Besar Serbia untuk Indonesia. Dalam karirnya ia berfokus pada isu-isu sosial dan kemanusiaan. Ia sangat menikmati traveling dan mendokumentasikan seluruh kehidupan dari berbagai kebudayaan.


Karya-karyanya pernah dipublikasikan dalam beberapa koran dan majalah seperti National Geographic sebagai kontributor umum. Pada November 2011, karya ceritanya yang verjudul Marriage Lottery (Bracna Lutrija) diakui oleh National Geographic sebagai karya lokal terbaik di antara 40 edisi di seluruh dunia.


Penghargaan


2013 Belgrade, The portfolio winner of the 100 Best, ReFoto magazine contest, on occasion of its 100th issue


2013 Kiev, Second prize for Kamar story Golden Camera International Award


2012 Washington D.C FotoDC First prize for portrait from Kamar series


2012 Belgrade, Beta photo of the year, Grand Prix in Serbia for the photograph Mother and daughter


2011 Press photo Serbia winner for the Everyday Life story Family Matters


2010 Press Photo Serbia - Grand Prix for the photography Couple from the project Uprooter Community


2009 Ney York, En Foco - Honorable mention


2008 Press Photo Serbia Winner for Environmental Story and Everyday Pameran dan Festival


2013 Brazil, Belo Horizonte - Kamar


2013 Italy, Bari - Kamar


2012 Taiwan, Taipei - photo exhibition ‘’Witnessed of silence’’ - National 228 Memorial Museum.


2011 Belgrade and Bratislava - ‘’New Pictures of Belgrade’’


2010 France, Sarcelles, Photosoc Festival


2009 Stockholm, Applied Nostalgia


2009 Belgrade, Applied Nostalgia


2009 Amsterdam, Balkan Snapshot Film Festival


Pendidikan


2008 BA in Photography at the Faculty of Applied Arts, University of Belgrade


2010 SEE New Perspectives, Masterclass by World Press Photo in partnership with Robert Bosch Stiftung, Berlin


2011 Noor – Nikon Masterclass, Bucharest


11.02 | 0 komentar | Read More

"Kalaupun Dia Pindah Agama, Dia Tetap Anak Saya"

Written By Luthfie fadhillah on Rabu, 18 Desember 2013 | 21.50


Jakarta - Rumor yang mengatakan pesinetron Asmirandah telah berpindah keyakinan, ditepis oleh pengacara dan ayah sang artis.


Afdal Zikri, pengacara Asmirandah, yang ditemui di Pengadilan Agama Depok, Jawa Barat, Rabu (18/12), mengatakan masalah keyakinan adalah masalah pribadi dari kliennya. Namun Afdal menegaskan kabar yang mengatakan kliennya tidak pernah pindah dari agama Islam ke Kristen.


"Mengenai isu yang menyebutkan Andah melakukan kesaksian di gereja, Andah bilang itu tidak benar. Berkaitan isu yang beredar, dengan ini Andah membantahnya," ungkap Afdal kala menyampaikan pesan Asmirandah tentang berpindah keyakinanan itu.


"Dengan tegas, Andah membantah isu tersebut dan mengingatkan bahwa masalah keyakinan adalah hak pribadi setiap orang," lanjut Afdal.


Lebih lanjut Afdal menjelaskan akibat isu yang beredar itu Asmirandah kini lebih banyak menyendiri akibat kediaman orangtuanya kerap ditunggui oleh sejumlah wartawan hiburan.


"Asmirandah saat ini memilih tinggal di Cibubur. Tapi dia tetap komunikasi sama orangtua," jelas Afdal.


Sementara itu orang tua Asmirandah mengaku pasrah bila sang putri harus memilih keyakinannya sendiri. Namun diakui sang ayah, sebenarnya orangtua Andah keberatan bila hal itu benar terjadi.


"Kalaupun dia pindah agama, dia tetap anak saya," Ayah Asmirandah, M. Farmidji Zantman saat ditemuoi dikediamannya di Depok belum lama ini.


21.50 | 0 komentar | Read More

Wayang Orang Bharata Gelar Wayang Sang Sumantri

Written By Luthfie fadhillah on Selasa, 17 Desember 2013 | 21.50


Jakarta - Untuk menghidupkan kembali seni wayang orang  di tengah arus globalisasi dunia, Wayang Orang (WO) Bharata bekerja sama dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) DKI Jakarta, menggelar wayang orang dengan lakon Sang Sumantri.


Pagelaran Wayang Orang Sang Sumantri ini digelar di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat, selama dua hari. Yakni mulai hari ini, Selasa (17/12) hingga Rabu (18/12).


Kepala Disparbud DKI Jakarta Arie Budhiman mengatakan, WO Bharata adalah kesenian wayang orang yang telah hidup di Jakarta sejak dulu, dan telah menjadi bagian dari kehidupan seni budaya kota Jakarta.


“Menggelar kesenian wayang orang berarti juga menyajikan kesenian tari, musik dan teater. Serta mempertunjukkan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam kesenian tersebut. Ini penting untuk membentuk kepribadian masyarakat Kota Jakarta dan membuat kehidupan budaya menjadi lebih indah dan beraneka ragam,” kata Arie di TIM, Jakarta Pusat, Selasa (17/12).


Arie mengakui tidaklah mudah mempertahankan budaya tradisional di tengah kehidupan urban dan metropolitan. Wayang, keris, batik, angklung merupakan salah satu wujud kebudayaan Indonesia yang telah diakui UNESCO sebagai warisan dunia.


“Saya berharap melalu Pagelaran WO Bharata ini, warisan dunia yang berasal dari Indonesia dapat tetap dikenal oleh masyarakat baik secara nasional dan internasional,” ujarnya.


Ketua Paguyuban WO Bharata Marsam Mulio Atmojo mengatakan, wayang orang di Pulau Jawa dulu sudah berjumlah ratusan. Namun seiring perkembangan zaman, khususnya pada tahun 1980-an, wayang orang mulai kolaps dan mati. Hingga kini, hanya ada empat wayang orang di Pulau Jawa, yaitu di Semarang, Surabaya, Solo dan Jakarta dengan WO Bharata.


“Kami terus berjuang melestarikan wayang orang ini. Mulai dari orangtua hingga anak-anaknya masuk melestarikan seni tradisi ini. Bahkan pementasan kali ini untuk kedua kalinya bekerja sama dengan Disparbud. Kami menggelar karya anak panggung Sang Sumantri,” kata Marsam.


Alasan diambil lakon Sang Sumantri, ia menerangkan, ada tiga sifat kepahlawanan atau ksatria yaitu, Kumbakarna, Basukarna dan Sumantri. Sifat ksatria Sumantri adalah mengabdi pada raja dengan rela mengorbankan apa yang dimiliki dalam hidupnya.


“Cerita ini bisa diteladani para pemuda bangsa Indonesia. Kalau mau mengabdi pada negara dan bangsa, harus berani berkorban tanpa pamrih,” ujarnya.


Persiapan yang dilakukan juga sangat singkat, hanya 13 kali latihan. Pagelaran ini melibatkan sebanyak 150 pemain. Animo cukup besar, terlihat dari undangan untuk penonton langsung habis. Karena warga dapat menonton pagelaran kolosal ini dengan gratis.


21.50 | 0 komentar | Read More

Aktor Peter O'Toole Meninggal Dunia pada Usia 81 Tahun

Written By Luthfie fadhillah on Senin, 16 Desember 2013 | 21.50


London - Aktor asal Irlandia, Peter O'Toole, peraih Piala Oscar dalam perannya di film Lawrence of Arabia, meninggal dunia pada usia 81 di London, Inggris. Informasi meninggalnya O'Toole disampaikan agennya, Steve Kenis, Minggu (14/12).


Pria kelahiran Irlandia dengan nama lengkap Peter Seamus Lorcan O'Tole ini dikabarkan sudah menderita kanker di perut sejak 1970 lampau. Ia meninggal dunia, Sabtu (13/12) waktu setempat di rumah sakit Wellington di London. Ia sudah lama dirawat di rumah sakit itu.


Tahun lalu, O'Toole mengumumkan pengunduran dirinya dari dunia film. Tampaknya ia sudah merasakan tubuhnya makin lemah. "Ini perpisahan saya, terima kasih atas sambutannya selama ini," ujarnya.


O'Toole lahir pada tahun 1932. Ia adalah anak Jane Constance Eliot, seorang perawat Skotlandia dan Patrick Joseph O'Toole, warga negara Irlandia logam yang juga pemain sepak bola.


Pada awal kariernya, O'Toole menjadi simbol dari generasi baru Hellraiser Hollywood, pemuda yang senang minum minuman keras.


Ia meninggalkan dua putri, Pat dan Kate O'Toole, dari pernikahannya dengan aktris Siân Phillips , dan putranya Lorcan O'Toole dari hubungannya dengan Karen Brown.


Putri O'Toole, aktris Kate O'Toole mengatakan, pihak keluarga sangat menghargai dan benar-benar kewalahan oleh curahan cinta sejati dan kasih sayang yang diungkapkan ke pihak keluarga atas kepergian Peter O'Toole.


"Terima kasih untuk semuanya, dari lubuk hati kami yang paling dalam," ujarnya.


Presiden Irlandia Michael D Higgins memberi pernyataan khusus untuk meninggalnya O'Toole. Menurut dia, dunia telah kehilangan salah satu raksasa film dan teater .


"Dalam daftar panjang peran utama di panggung dan dalam film, Peter membawa standar yang luar biasa untuk menjadi seorang aktor. Dia memiliki minat yang mendalam dalam sastra terutama soneta cinta Shakespeare," ujar Higgins.


"Ia dinominasikan sebagai Aktor Terbaik untuk Oscar delapan kali, dan menerima Oscar khusus dari rekan-rekannya untuk kontribusinya film, ia sangat berkomitmen untuk dunia panggung," tambahnya.


21.50 | 0 komentar | Read More

Penulis Komik Indonesia Diminta Terjemahkan Karyanya ke Bahasa Mandarin

Written By Luthfie fadhillah on Minggu, 15 Desember 2013 | 21.50


Beijing - Duta Besar RI untuk Tiongkok merangkap Mongolia Imron Cotan "mengajak" penulis cerita silat Indonesia keturunan Tionghoa Sukawati Asmaraman alias Kho Ping Hoo ke China untuk mengalihbahasakan karyanya ke bahasa Mandarin.


"Saya penggemar komik Kho Ping Hoo, sejak sekolah dasar. Kalau membaca komiknya, rasanya tidak ingin berhenti, selalu penasaran, mungkin karena setiap karya dicetak dalam ukuran kecil, seperti 'mini iPad', jadi sayang kalau dilewatkan satu halaman" katanya di Beijing Sabtu (14/12), sebagaimana dikutip dari kantor berita Antara.


Ditemui usai peluncuran komik silat Kho Ping Hoo bertajuk "Suling Emas" versi Mandarin, ia menuturkan,"Kho Ping Hoo itu selama menuliskan karya-karya, belum pernah menginjakkan kakinya di Tiongkok, yang melatari sebagian besar cerita silatnya".


Bahkan, sebelum menjejakkan kakinya di Gunung Thaysan, di Provinsi Shandong, Tiongkok, pria kelahiran Sragen, Jawa Tengah pada 1926 itu telah melukiskan gunung itu dalam salah satu karya.


"Selama saya bertugas di sini, saya sempat melihat Thaysan. Saya teringat Kho Ping Hoo, dan seperti yang diimajinasikan Kho Ping Hoo, gunung yang tidak begitu jauh dari Beijing itu memang indah," tutur Imron yang sangat menggemari salah satu karya komik silat Kho Ping Hoo "Bu Pun Su Lu Kwan Cu" atau Pendekar Sakti.


Menggemari cerita silat Kho Ping Hoo sekaligus karier diplomatiknya sebagai duta besar untuk China merangkap Mongolia, menginspirasi Imron untuk "mengajak" Kho Ping Hoo ke China dengan menghadirkan salah satu karyanya dalam versi Mandarin.


"Ini baru tahap awal, semoga semua serial cerita silat Kho Ping Hoo dapat dialihbahasakan ke Mandarin," ujarnya.


Dengan menggandeng pengusaha Kasim Ghozali sebagai pemegang hak cipta dan penerbit, Imron pun meluncurkan 200 buku silat "Suling Emas" karya Kho Ping Hoo versi Mandarin.


Selanjutnya, akan diedarkan dalam bentuk buku elektronik. Untuk buku elektronik "Suling Emas" karya Kho Ping Hoo versi Mandarin akan beredar secara online di China mulai pertengahan Januari 2014 dengan harga 1,88 Yuan, kata Kasim.


21.50 | 0 komentar | Read More
techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger